Powered By Blogger

Selasa, 18 Juni 2013

BATUK? kapan harus ke Dokter?

Perubahan cuaca adalah saatnya berbagai macam penyakit mulai bermunculan. Mulai dari penyakit ringan seperti batuk pilek sampai dengan penyakit berat seperti demam berdarah. Memang batuk termasuk penyakit yang remeh dan dengan mudah dapat diobati hanya dengan obat obatan yang dijual di warung. Tetapi tidak sedikit pula batuk yang memerlukan penanganan khusus dan dapat mengarah ke penyakit berbahaya.
Berikut beberapa hal yang harus anda perhatikan bila anda menderita batuk : Batuk yang disertai demam. Batuk yang disertai sesak nafas. Batuk berlangsung lebih dari 4 minggu. Batuk yang disertai dengan nafas berbunyi. Batuk yang kambuh kambuhan. Bila anda mengalami salah satu gejala diatas, segeralah ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang pas.

HERNIA

Hernia merupakan penyakit yang terjadi akibat keluarnya usus dari rongga perut. Hernia bisa terjadi pada laki laki maupun perempuan dan tidak mengenal batasan usia mulai dari anak anak sampai kakek nenek. Lokasi hernia yang paling sering adalah pada bagian bawah perut. Pada laki laki yang paling sering adalah hernia inguinalis sedangkan pada perempuan adalah hernia femoralis. Gejala hernia pada laki laki dapat dengan mudah dideteksi yakni terjadinya pembesaran salah satu kantong zakar atau scrotum. Sedangkan pada perempuan agak lebih sulit dan perlu pemeriksaan khusus dari seorang dokter. Pengobatan hernia biasanya dengan melakukan operasi penutupan kantong hernia. Setelah ditutup bukan berarti anda akan terbebas dari hernia selamanya karena hernia bisa kambuh lagi jika pencetus hernia tidak dapat dihindari. Lalu, apa sih pencetus hernia itu? Berikut beberapa hal yang dapat mencetuskan terjadinya hernia, Sering susah buang air besar sehingga membuat seseorang sering mengedan saat buang air besar. Menderita batuk khronis. Menderita cystic fibrosis. Menderita pembesaran prostat sehingga mengalami kesulitan saat buang air kecil. Terlalu gemuk. Sering mengangkat benda berat. Kelainan bawaan yaitu terhambatnya penurunan testis ke dalam kantong zakar atau scrotum. Bagaimana dengan anda? Sering mengalami hal hal diatas? Segeralah berusaha untuk menghindarinya agar tidak terkena hernia.

Senin, 17 Juni 2013

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE (GASTROENTERITIS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah kehilangan cairan dan ekolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan tinja yang encer atau cair. Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare” karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangan. Penyakit diare terutam pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila terlambat. Walaupun penyakit diare tidak semua menular misalnya karena faktor malabsorbsi, tetapi perlu perawatan di kamar yang terpisah dengan perlengkapan cuci tangan untuk mencegah infeksi serta tempat pakaian kotor tersendiri. Masalah pasien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadi gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan mengenai penyakit. Penyakit diare dapat menyerang siapa saja mulai dari anak, dewasa maupun orang tua (lansia) dan penyakit diare ini biasanyakebanyakan disebabakan oleh infeksi. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan diare pada pasien S. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk dapat memperoleh gambaran nyata atau informasi tentang asuhan keperawatan pada pasien diare. 2. Tujuan Khusus Agar mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi keperawatan pada pasien diare. C. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini ditulis dengan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data, wawancara dan pemeriksaan fisik. BAB II PEMBAHASAN A. Dasar Teori 1. Pengertian Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak atau berlangsung singkat dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari. 2. Etiologi a. Infeksi (virus, bakteri dan parasit) b. Non Infeksi · Alergi makanan : susu, protein · Gangguan metabolic atau mal-absorbsi · Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan · Penyakit gangguan endokrin · Emosional atau stress · Menurunnya daya tahan tubuh · Kekurangan gizi · Obat-obatan : antibiotika 3. Patofisisologi · Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan. · Cairan sodium, potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekrtraseluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi dan dapat terjadi asidosis metabolic. · Transportasi aktif akibat rangsangan taksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. · Peradangan akan terjadi penurunan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit serta bahan-bahan makanan. Menurunnya pemasukan atau hilangnya cairan akibat : - Muntah - Demam -Diare -Hiperventilasi Cairan ekstraseluler Hilang dengan cepat Ketidakseimbangan elektrolit Hilangnya cairan dalam intraseluler Disfungsi selulere Syok hipovolemik Kematian 4. Tanda dan Gejala § Naunesa § Muntah § Nyeri perut § Demam § Diare § Haus § Lidah kering § Tulang pipi menonjol § Anoreksia § Lemah § Turgor kulit menurun § Seara menjadi serak § Frekuensi nafas cepat § Tekanan darah menurun § Gelisah § Pucat § Ekstrimitas dingin § Siagnosis § Anuria Derajat Dehidrasi 1. Dehidrasi berat Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut ini Latergi atau tidak sabar Mata cekung Tidak bisa minim atau malas minum Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat 2. Dehidrasi dingin § Gelisah, mudah marah § Mata cekung § Haus, banyak minum § Cubitan kerut kembalinya sangat lambat 3. Tanpa Dehidrasi Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau ringan/ sedang Pemeriksaan Diagnostic § pemeriksaan darah tepi lengkap § pemeriksaan AGD, elektrolit, ureum, kreatinin dan berat jenis plasma § pemeriksaan urine lengkap § pemeriksaan tinja, PH, leukosit, glukosa dan adanya darah § pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik § riwayat alergi pada obat-obatan dan makanan Penatalaksanaan a. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan 4 hal penting yang perlu diperhatikan 1) Jenis cairan § Oral : pedialyte atau oralit § Parental : NaCl, isotonic, infus 2) Jumlah cairan Jumalh cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan 3) Jalan masuk atau cara pemberiaan Oral atau parental 4) Jadwal pemberian cairan Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan b. Identifikasi penyebab diare c. Terapi simtematik Obat anti diare, obat anti motilitas dan sekresi usus, antiemetik d. Terapi definitive Sebagai langkah pencegahan seperti hygiene peroranan, sanitasi lingkungan B. TINJAUAN KASUS 1. Pengkajian § Nama pasien : S § Umur : 65 tahun § Jenis kelamin : Perempuan § Agama : Islam § Suku bansa : Jawa/ Indonesia § Alamat : Sawalan § Tgl masuk : - § Pekerjaan : Tidak bekerja § Keluhan utama : Pada saat pengkajian ps mengeluh / mengatakan badannya lemas dan diare § Riwayat kesehatan sekarang: Ps mengatakan diare tanggal 3 Februari 2006 setelah makan seiang. Ps mengatakan makan sesuai menu seperti biasa. Ps mengatakan belakangan ini di kamarnya banyak terdapat lalat. Ps BAB lebih dari 5 kali dengan kensistensi encer. Ps tidak menatakan kondisinya kepada keluarganya, akhirnya sore tanggal 3 Februari 2006 Ps diberikan perawatan khusus § Riwayat kesehatan dahulu : Ps menatakan dulu pernah diare tapi hanya 2 hari setelah minum obat anti diare Ps langsung sembuh. Ps pernah masuk rumah sakit karena kecelakaan. § Riwayat kesehatan : Didalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menular. § Genogram : Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Pasien 2. Pola Kebiasaan a. Pola Nutrisi § Sebelum sakit ps mengatakan biasa makan 3x sehari dengan menu pagi bubur, satu gelas kopi dan kue. Siang dan malam nasi, lauk, sayur dan kadang buah, makan habis satu porsi tiap makan. Minum 6-7 gelas/ hari § Saat sakit pasien mengatakan selalu lapar tapi nafsu makan berkurang. Ps hanya makan setengah porsi dari biasanya, minum 6-7 gelas/ hari. b. Pola Tidur/ Istirahat § Sebelum sakit pasien mengatakan biasa tidur dari pukul 22.00 sampai 05.00. ps terbiasa tidur siang selama 2 jam § Saat sakit ps mengatakan tidur sering terjaga karena merasa kurang nyaman dengan keadaannya. Ps mengatakan mulai dapat tidur pukul 20.00 sampai04.00 ps sering terbangun dimalam hari. c. Pola Aktifitas § Sebelum sakit dan saat sakit pasien mengatakan aktifitasnya tidak begitu terganggu. Ps masih bisa memenuhi kebutuhannya secara mandiri seperti mandi, makan, hanya pada saat sakit ps mengatakan kebanyakan istirahat. d. Pola Eliminasi § Sebelum sakit ps mengatakan biasa BAB satu kali sehari dengan konsistensi feses lembek, warna kuning. BAK 4-5 kali sehari dengan warna kuning, bau pesing § Saat sakit pasien mengatakan diare dengan konsistensi encer, bau, warna kakuningan. Lendir tidak ada, darah tidak ada Ps mengatakan BAB kurang lebih sudah 5 kali sehari. BAK tidak mengalami perubahan 4-5 kali sehari. e. Pola Koping § sebelum sakit ps mengatakan tidak pernah menceritakan masalahnya dengan orang lain, ps berusaha mengatasi sendiri tanpa bantuan orang lain § saat sakit ps menatakan selalu menceritakan masalahnya dengan orang lain (keluarga). Dalam mengatasi masalahnya ps meminta bantuan keluarga f. Pola kognitif Ingatan pasien menurun. Bila ditanya sesuatu pasien berusaha keras mengingatnya kembali g. Konsep diri Sebelum sakit ps selalu tampak ceria, dapat memenuhi kebutuhannya dengan mandiri seperti mandi, makan, pasien banyak bicara (cerewet) tapi pada saat sakit pasien lebih banyak diam, mengurung diri di kamar. Ps mengetakan tidak percaya diri, merasa tidak berguna dengan kondisi seperti ini. h. Pola reproduksi Pasien mengatakan empat orang anak, dua perempuan dan dua laki-laki. Ps mengatakan tidak menstruasi lagi (menopause) ps sudah memiliki 5 orang cucu. i. Hubungan dengan masyrakat Hubungan ps dengan masyarakat baik. j. Pola kepercayaan (spiritual) Pasien beragama Hindu dan bisa biasa sembahyang setiap hari pada pagi hari. Saat sakit pasien hanya berdoa di tempat tidur 3. Pemeriksaan fisik a) Keadaan umum § Kesadaran : Compos mentis § TB/ BB : 160 Cm / 59 Kg b. Vital Sign § Tekanan darah : 130/80 mmHg § Nadi : 72x/mnt § Pernafasan : 20 x/ mnt § Suhu : 36.7 0C Pemeriksaan Penunjang : Tidak ada Analisa Data No Data subyektif Data obyektif Kesimpulan 1. 2. 3. § Pasien mengatakan diare lebihb dari 5 kali, konsistensi feses encer § Ps mengatakan lemas nafsu makan kurang § Ps mengatakan makan habis setengah porsi § Ps mengatakan sering terbangun di malam hari § Ps tampak pucat § Mukosa bibir kering § Ps tampak lemas § Perut tampak cekung § Ps tampak gelisah § Muka pucat Kekurangan volume cairan Gangguan kabutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Gangguan pola tidur Rumusan Masalah a) kekurangan volume cairan b) gangguan kebutuhan nutrisi kurang c) gangguan pola tidur 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Pohon masalah 1. Diare b/d malabsorbsi kekurangan Volume cairan b/d Diare (BAB encer) d/d ps mengatakan diare lebih dari 5 kali, konsistensi feses encer. Ps tampak pucat, mukosa bibir kering. Karena volume cairan b/d kehilangan volume cairan secara aktif. 2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dair kebutuhan tubuh b/d pola makan terganggu d/d ps mengatakan makanan habis setengah porsi, nafsu maka berkurang, ps tampak lemas, perut cekung. Keseimbangan nutrisi : dari kebutuhan b/d ketidakmampuan mengabsorbsi makanan. 3. Gangguan pola tidur b/d nyeri d/d ps mengatakan cemas dengan keadaannya. Ps mengatakan sering terbangun di malam hari. Ps tampak gelisah dan muka pucat. Gangguna pola tidur b/d mual. INTERVENSI Rencana Keperawatan Pada Ps RY Dengan Diare Akut Tanpa Dehidrasi Di Klinik Sosial Tresna Wredha Wana Seraya Dps Tgl 3 – 5 Februari 2006 Hari/Tgl No. Dx Tujuan Tindakan Rasional Sabtu 3/2/06 Pk. 13.00 Sabtu 3/2/06 Pk. 13.00 Sabtu 3/2/06 Pk. 13.00 Dx I Dx II Dx III Setelah diberikan askep selama 2x24 jam diharapkan keseimbangan volume cairan terpenuhi dengan kriteria hasil : § Ps mengatakan diare berkurang dengan kosistensi feses lembek § Ps tidak pucat lagi § Mukosa bibir lembab Setelah diberi askep selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil : § Ps tidak lemas § Ps mengatakan nafsu makan meningkat § Makan habis satu porsi Setelah diberi askep selama 2x24 jam diharapkan tidur/istirahat teratur (tidak terganggu) dengan kriteria hasil: § Ps mengatakan tidak cemas § Ps mengatakan tidur nyenyak § Ps tampak tenang § Observasi dan catat frekuensi, karakteristik, dan jumlah § Kaji status hidrasi intake dan output § Monitor tanda vital dan observasi keadaan umum § Pemberian obat anti diare Kaji intake dan output makanan § Beri makanan yang mengandung nilai gizi tinggi § Beri makanan yang disukai, makan lunak dan rendah serat § § § Kaji kebutuhan ps dapat istirahat § Ciptakan suasana yang nyaman saat tidur § Anjurkan ps untuk cuci tangan dan kaki dengan air hangat § Anjurkan ps untuk berdoa sebelum tidur. § Dapat diketahui berat ringannya diare dan status dehidrasi § Dapat diketahui keseimbangan cairan § Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukkan respon/efek kehilangan cairan § Dapat menunjukkan kehilangan cairan § Diketahui intake dan output makanan § Kebutuhan nutrisi sesuai kebutuhan § Dengan makan yang disukai ps dapat lebih banyak makan an makan rendah serat untuk menurunkan peristaltic usus § Diketahui waktu istirahat terpenuhi § Dengan suasana nyaman ps dapat tidur nyenyak § Dapat membuat ps merasa segar dan nyaman § Dengan berdoa dapat merasa lebih tenang IMPLEMENTASI Rencana Keperawatan Pada Ps RY Dengan Diare Akut Tanpa Dehidrasi Di Klinik Sosial Tresna Wredha Wana Seraya Dps Tgl 3 –5 Februari 2006 HariTgl No. Dx Tindakan Evaluasi Paraf Jumat 3/2/06 Pk. 14.00 Pk. 15.00 Pk. 15.00 Pk. 16.30 Pk. 18.00 Sabtu 4/2/06 Pk. 08.30 Pk. 09.00 Pk. 11.00 Pk. 12.30 Pk. 16.00 Pk. 19.00 Pk. 19.30 Minggu 5/2/06 pk. 08.00 Pk. 09.30 Pk. 11.30 Pk. 13.00 Dx I Dx I Dx II Dx II Dx III Dx I Dx I Dx II Dx III Dx I Dx III Dx III Dx I Dx I Dx II Dx III Mengobservasi dan mengkaji frekuensi BAB, jumlah dan karakteristik Mengukut tanda vital Mengkaji intake dan output makanan Mengajurkan untuk makan makanan yang bergizi tinggi dan disukai ps. Mengkaji kebutuhan ps dapat istirahat Pembrian obat anti diare diaform Mengukur tanda vital Menganjurkan untuk makan makanan yang rendah serat dan gizi Menciptakan suasana yang nyaman saat ps tidur (istirahat) Mengkaji status hidrasi intake dan output Mengajurkan ps untuk cuci tangan dan kaki dengan air hangat Mengajurkan ps untuk berdoa sebelum tidur Mengkaji status hidrasi intake dan output Mengukur tanda vital Mengkaji intake dan output makanan Mengkaji kebutuhan ps dapat istirahat § Ps mengatakan masih diare dengan konsistensi feses encer, BAB lebih dari 5 kali § Tekanan Darah 125/70 mmHg RR : 20 x/mnt Nadi : 72 x/mnt Suhu : 36.8 0C § Ps mengatakan makan habis setengah porsi, nafsu makan menurun, ps tampak pucat, mukosa bibir kering. § Ps mengatakan nafsu makan menurun § Ps mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak, ps merasa cemas dengan keadaannya § Obat sudah diminum oleh ps. § Tekanan darah 130/80 mmHg RR : 22 x/mnt Nadi : 72 x/mnt Suhu : 36.7 0C § Ps mengatakan sudah makan bubur dan habis ¾ porsi, ps tidak lemas lagi, perut agak buncit. § Pasien mengatakan cemas brkurang, istirahat sudah agak tenang § Ps mengatakan masih diare dengan konsistensi feses sudah agak lembek. § Ps mengatakan merasa segar dan nyaman, dapat istirahat dengan tenang § Ps mengatakan cemas bekurang § Ps mengatakan tidak khawatir lagi dengan kondisinya, ps dapat tidur dengan tenang § Ps mengatakan tidak diare lagi § Tekanan Darah 130/80 mmHg RR : 20 x/mnt Nadi : 72 x/mnt Suhu : 36.50C § Ps mengatakan nafsu makan normal, makan habis satu porsi. Ps tidak pucat, mukosa bibir lembab § Ps mengatakan dapat tidur dengan nyenyak, tidak pernah terbangun dimalam hari karena tidak cemas lagi. Mhs Mhs Mhs Mhs Mhs Prwt Prwt Prwt Prwt Prwt Prwt Prwt Prwt Prwt Prwt Prwt EVALUASI Rencana Keperawatan Pada Ps RY Dengan Diare Akut Tanpa Dehidrasi Di Klinik Sosial Tresna Wredha Wana Seraya Dps Tgl 3 – 5 Februari 2006 Hari/Tgl Dx Keperawatan Evaluasi Minggu 5/2/06 Minggu 5/2/06 Minggu 5/2/06 DX I DX II DX III S : Ps mengatakan tidak diare lagi konsistensi lembek O : Ps tidak pucat, mukos bibir lembab A : Masalah teratasi P : - S : Ps mengatakan nafsu makan meningkat, makan habis satu porsi O : Ps tidak lemas lagi, perut buncit A : Masalah teratasi P : Pertahankan kondisi S : Ps mengatakan dapat tidur dengan nyenyak, tidak pernah rasa khawatir dengan keadaannnya O : Ps tampak tenang A : Masalah teratasi P : Pertahankan kondisi BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa : 4. Diare adalah kehilangan cairan dan elekrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair. 5. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak atau berlangsung singkat dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari. 6. Diare dapat disebabkan oleh infeksi baik virus maupun bakteri dan tanpa infeksi (non infeksi) 7. Pada Ps S setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam ps mengatakan tidak diare lagi, semua masalah ps dapat teratasi. B. Saran 1. Kepada Pasien Agar tetap menjaga kebersihan baik kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan, makan-makanan yang mengandung gizi tinggi, istirahat yang cukup. Menjaga kondisi tubuh agar tetap segar. DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC : Jakarta.

Taman Konservasi Anggrek Hitam Barito Timur

Menjadi suatu kebanggaan bagi Kabupaten Barito Timur Memiliki sebuah Taman Konservasi Enggrek Hitam satu-satunya di Kalimantan Tengah dan Indonesia. Anggrek Hitam sebagai salah satu Anggrek langka yang menjadi Maskot Kebanggaan Warga Masyarakat Kalimantan Tengah dapat anda temukan dan kunjungi di kabupaten Barito Timur terletak di Desa Murutuwu, Kecamatan Paju Epat sekitar 14 menit perjalanan darat dari ibukota Tamiang layang. Populasi anggrek hitam (Coelogyne pandurata) di habitatnya yang liar semakin hari semakin langka. Meskipun menurut PP Nomor 7 Tahun 1999 anggrek ini dilindungi dan dilarang diperdagangkan bebas (kecuali hasil penangkaran), namun perburuan yang dilakukan untuk mengambil dan menjual jenis anggrek ini ke kolektor anggrek tidak kunjung mereda. Habitat asli anggrek hitam berada di jantung hutan Kaimantan Tengah yang merupakan salah satu tanaman kebanggaan yang dijadikan maskot untuk provisi tersebut. Biasanya anggrek hitam mekar pada bulan Mei sampai Juli. Meskipun habitat anggrek hitam identik dengan hutan di Pulau Kalimantan, jenis anggrek ini juga tumbuh liar di Sumatera, Semenanjung Malaya dan Mindanao, Pulau Luzon dan Pulau Samar Filipina. Anggrek hitam bagaikan mutiara hitam yang terpendam dalam kerimbunan hutan. Anggrek ini memiliki bentuk dan warna yang sangat menawan. Anggrek hitam bukanlah anggrek yang memiliki bunga berwarna hitam. Kelopak bunganya berwarna hijau pupus dengan lidah bunga berwarna hitam dengan sedikit garis-garis berwarna hijau dan berbulu. Kelebihan lain yang dimiliki anggrek ini adalah rajin berbunga dengan aroma yang khas, namun harus tumbuh pada habitat yang relatif lembab. Lidah bunga yang berwarna hitam pada Anggrek Hitam merupakan pembawa sifat hitam yang langka, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pembawa sifat warna hitam yang di butuhkan oleh para ahli pemuliaan tanaman untuk menghasilkan silangan baru dengan corak warna bunga yang lebih menarik.

Minggu, 16 Juni 2013

asuhan Keperawatan Pada Pasien dg Kasus Stroke

ASKEP STROKE ASKEP STROKE DEFINISI Timbulnya lesi iskemik atau lesi perdarahan didalam pembuluh darah intrakanial. Brenda Walters Holloway Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral baik lokal maupun menyeluruh. (WHO dikutip Harsono) Stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak. (Marilyn E. Doenges) Stroke atau serebrovaskuler accident adalah gangguan suplai darah normal ke otak yang sering terjadi dengan tiba-tiba dan menyebabkan fatal neurologik deficit. (Igrativicius, 1995) ETIOLOGI a. Trombosis bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher: Arteriosklerosis serebral. b. Embolisme serebral bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain: endokarditis, penyakit jantung reumatik, infeksi polmonal. c. Iskemia penurunan aliran darah ke area otak: Kontriksi ateroma pada arteri. d. Hemoragi Serebral Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak A.FAKTOR PREDISPOSISI YANG DAPAT DIMODIFIKASI Tekanan darah tinggi Diabetes melitus Merokok Penyakit arteri carotis dan perifer Atrial fibrilatipn Penyakit jantung Transient ischemia attack (TIA) Hiperkolesterolemia Obesitas dan kurang aktifitas Penggunaan alkohol Penggunaan obat – obat terlarang B.FAKTOR RESIKO PADA STROKE 1. Tidak dapat dirubah (Non Reversible) o Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita. o Usia : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke. o Keturunan : Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke 2. Dapat dirubah (Reversible) o Hipertensi o Penyakit jantung o Kolesterol Tinggi o Obesitas o Diabetes Melitus o Polistemia o Stress Emosional 3. Kebiasaan Hidup o Merokok, o Peminum alkohol, o Obat-obatan terlarang. o Aktivitas yang tidak sehat: kurang olahraga, makanan berkolesterol. MANIFESTASI KLINIS Kelumpuhan wajah, anggota badan yang timbul mendadak Gangguan hemisensorik Perubahan mendadak setatus mental Afasia Gangguan penglihatan Ataksia Fertigo, mual dan muntah, nyeri kepala KLASIFIKASI STROKE Stroke non hemoregik Gejala Ø Timbulnya defisit neurologi mendadak Ø Terjadi pada waktu istirahat atau bangun tidur Ø Kesadaran biasanya tidak menurun kecuali bila embolus cukup besar Ø Biasanya terjadi pada usis > 50 tahun Stroke hemoregik Ø Pendarahan intaserebral (PIS) Gejala: gejala prodomal tidak jelas, kecuali nyeri kepala karna hipertensi serangan sering kali disiang hari, waktu kerja, emosi, marah sifat nyeri kepala hebat sekali mual muntah sering terjadi pada permulaan serangan hemifaresis/ hemiplegi bisa terjadi sejak terjadi serangan kesadaran biasanya menurun Ø pendarahan subaraknoid (PSA) Gejala prodromal, nyeri kepala hebat dan akut kesadaran sering terganggu dan berpariasi ada tanda/ gejala rangsanggan maningal PENATALAKSANAAN Stroke iskemik/ stroke non hemoragik Pase akut ( hari ke 0-14 sesudah onset penyakit) Sasaran terapi : menyelamatkan neuron Respirasi : jalan nafas bersih dan longar Jantung : harus berfungsi baik Pantau tekanan darah Kadar gula yang tinggi pada fase akut tidak diturunkan secara derastis Gawat / coma : pantau balans cairan, elektrolit dan basa darah Obat – obatan : Ø Anti edema otak § Gliserol 10%, perinfus, 1 gr/ kg B/ hari dalam 6 jam § Kortikosteroid : dexametason Ø Anti agregasi terombotik ASA (asam asetil salisilat) seperti: asfirin, asfilet dll dengan dosis 80-300 mg/hari Ø Antikoagulasi, misalnya heparin Ø Lain – lain : trombosilin KOMPLIKASI Klasifikasi stroke meliputi hifoksia serebral, penurunan aliran darah serebral, dan luasnya area cedera. * Hipoksia serebral Diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. * Aliran darah serebral Bergantug pada tekanan darah, curah jantug, dan integritas pembuluh darah serebral. * Embolisme serebral Dapat terjadi setelah miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal atau katup jantung prostetik.embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah selebral. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE I.PENGKAJIAN A. PERSEPSI KESEHATAN DAN PENANGANAN KESEHATAN 1. Keluhan Utama: Bicara pelo dan tidak bisa menggerakkan anggota badan sebelah kiri . 2. Riwayat Penyakit Sekarang (sesuai PQRST): Sejak selasa sore sehabis kerja ( jam 15.30 ) sehabis nonton TV tiba – tiba klien bicaranya menjadi pelo, kemudian jam 18.00 di bawa ke RS Ulin dan di rawat di ruang PDP pad hari kamis pada saat hendak kembali ke tempat tidur, di wc klien tidak dapat berdiri, kaki kiri dan lengan kiri terasa lemah kemudian klien di konsulkan ke ruang syaraf dan akhirnya di rawat di ruang syaraf. 3. Penggunaan Obat Sekarang: Infus RL 20 tetes/menit. Nicholin 3 x 100 mg Mertigo 3 x 1 4. Riwayat Penyakit Dahulu Klien tidak pernah masuk RS dan klien tidak mempunyai riwayat penyakit menular, keturunan dan penyakit lainnya. Upaya pencegahan yang dilakukan terhadap penyakit: pasien berobat ke mantri atau puskesmas. Pasien tidak pernah menjalani prosedur tindakan bedah. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit pada masa anak-anak. 5. Kebiasaan : Kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti merokok tidak pernah dilakukan pasien. Riwayat pemakaian alkohol tidak pernah. 6. Riwayat Penyakit Keluarga: Didalam keluarga pasien terdapat anggota keluarga menderita hypertensi yaitu isteri pasien. 7. Riwayat Sosial Hubungan dengan keluarga dan tetangga di sekitar rumah baik ditandai dengan banyaknya amgota keluarga yang menuggui pasien serta tetangga yang datang membesuk. B. POLA NUTRISI-MATABOLIK 1. Masukan Nutrisi Sebelum Sakit: Frekuensi makan 3 x sehari, dengan jenis makanan: nasi biasa, lauk pauk berupa ikan, tahu, tempe, telur dan sayur. Jenis minuman yang diminum: air teh dan air putih. Makanan pantangan : daging, ikan asin. Kudapan/makanan untuk sore hari : kue. 2. Saat Sakit Selama dirawat di RS, frekuensi makan pasien 3 x sehari, dengan diet BBDM. Jenis minuman air putih. Nafsu makan normal, tidak ada disfagia. Keadaan gigi partial atau sudah banyak yang tanggal. Pasien tidak menggunakan gigi palsu (protesa) . Fluktuasi BB 6 bulan terakhir: tetap . Riwayat penyembuhan/kulit tidak ada masalah (normal) 3. Pemeriksaan Fisik: a. Pemeriksaan tanda vital Tinggi Badan : 158 cm . Berat Badan : 47 kg . b. Kulit Warna kulit normal, tidak pucat, cyanosis maupun ikterik tidak ditemukan. Suhu 36oC. turgor baik, kembali kurang dari 2 detik. Tidak ditemukan adanya edema, lesi maupun memar. Luka tirah baring (dekubitus) tidak ditemukan c. Rambut dan kulit Kepala Keadaan rambut kering dan tebal. Sebagian besar rambut sudah mulai beruban. d. Mulut Keadaan kebersihan (hygiene) mulut bersih. Keadaan gusi normal. Keadaan lidah, mucosa tampak kering, tonsil dalam keadaan normal dan pasien dapat berbicara walaupun pelo. Gigi sudah banyak yang tanggal. Pasien tidak memakai gigi palsu. e. Abdomen Hepar tidak teraba, limpa tidak teraba, ginjal tidak teraba f. Temuan laboratorium Darah : Hb : 11,9 gr% . Leukosit : 11.200/mm3 . LED : 40 mm/jam I, 68 mm/jam II . hitung jenis : Bas : 0, Eos : 0, Seg : 80, Limfo : 19, Mono : 0 . Kimia darah : Gula darah puasa: 92 mg/dl . Cholesterol : 150 mg/dl . SGOT : 27 mg/dl . SGPT : 31mg/dl . Tryseligerida : 86 mg/dl Urea : 29 mg/dl . Urea nitrogen : 13 mg/dl . Creatinin : 0,7 mg/dl . Asam urat : 4,0 mg/dl CT SCAN : Terjadi trombosis pad ventrikel dektra yang bersifat akut . C. POLA ELIMINASI 1. Feses Kebiasaan defekasi : 1 kali sehari, selama dirawat frekuensi BAB 1 x sehari. Masalah tidak ditemukan. a. Abdomen Struktur simetris. Frekuensi bising usus : 10 x/menit (normal: 8-12 x/menit). Tidak ditemukan/teraba adanya distensi . b. Rektum Tidak ditemukan adanya lesi . 2. Urine Frekuensi BAK 3-4 x/hari, klien tidak menggunakan alat bantu, masalah tidak ada. 3. Pemeriksaan Fisik a. Ginjal Ginjal tidak teraba, nyeri ketuk tidak ada. b. Blas t Tidak teraba adanya distensi . 4. Laboratorium Urinalisa : - Warna : kuning jernih - Kejernihan : jernih - Urobilin : Normal - Leokosit : 0-2 /lbp - Eritrocyt : 1-2 /lbp - Epithel : + D. POLA AKTIVITAS – LATIHAN Kemampuan perawatan diri : 0 = Mandiri . 1 = Alat Bantu . 2 = Dibantu oleh orang lain 3 = Dibantu oleh orang lain dan alat. 4 = Tergantung secara total. 1. Pemeriksaan Fisik: a. Pernafasan/Sirkulasi : Tekanan darah : 120/80 mmHg . Nadi : 80 x/menit . Respirasi : 22 x/menit . Kualitas pernafasan normal (reguler), tidak terdapat batuk, bunyi nafas normal (vesikuler). Tidak ditemukan adanya kelainan berupa Wheezing, ronchi kering maupun ronkhi basah . b. Muskuloskeletal: Rentang gerak pasien terbatas, terdapat hemiparetik pada ekstremitas sinistra. Tonus otot lesi LMN.êHipotonik pada ekstrmitas sinitra E. POLA KOGNITIF-KONSEPTUA L 1. Pendengaran Pendengaran dalam batas normal. Dalam berkomunikasi pasien dapat mendengar pertanyaan yang diajukan oleh perawat/dokter. 2. Penglihatan Mata simetris kiri dan kanan, kebersihan mata bersih, alis mata tebal, kemampuan menggerakan alis mata baik (normal). Konjungtiva tidak anemis, benjolan tidak teraba. Pada pupil isokor. Reflek terhadap cahaya (+/+) miosis. Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan berupa kaca mata . 3. Status Mental Kesadaran : compos mentis, dengan GCS: 4,5,6 . Bicara normal, pasien dapat berbicara walaupun agak terbata-bata ( pelo )/disatria. vertigo kadang – kadang. 4. Pemeriksaan Nervus I s.d XII - Nervus I (N. Olfactorius): Pasien dapat membedakan bau alkohol dan minyak angin. Pada kedua hidung. - Nervus II (N. Optikus) Pasien dapat mengenai keluarga. - Nervus III, IV, VI (N. Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusent): Pupil berbentuk isokor, reguler, tidak ada ptosis, tidak ditemukan edema, pupil mengecil dan kembali jika terkena cahaya, tak ada pembatasan gerak mata. - Nervus V (N. Trigeminus): Sensibilitas wajah baik, pasien dapat merasakan rabaan. - Nervus VII (N. Fasialis): Pasien dapat mebedakan nyeri , rabaan, kontraksi masester lemah, reflek rahang ada tapi lmbat terdapat penurunan sudut mulut . - Nervus VIII (N. Akustikus): Pasien dapat mendengarkan bunyi gesekan rambutnya. - Nervus IX (N. Glossofaringeus): Ada refleks muntah ketika spatel disentuhkan pada posterior faring. - Nervus X (N.Vagus): Ovula berada di tengah. - Nervus XI (N. Asesorius): Dapat mengangkat bahu (massa otot trapezius baik). - Nervus XII (N. Hipoglosus): Tidak ada atrofi, tidak ada fasikulasi, posisi lidah mengarah ke kiri. F. POLA TIDUR-ISTIRAHAT 1. Kebiasaan tidur dalam sehari ± 7-8 jam. Tidur siang : kadang-kadang (± 1 jam). Tidur malam : Pukul: 22.00-05.00 (± 7 jam). Pasien merasa segar bila bangun tidur. Masalah tidur tidak ada. 2. Pemeriksaan Fisik Kesadaran umum pasien composmentis, pasien tampak lemah, lingkaran hitam di sekitar mata tidak ditemukan. ANALISA DATA 1. DS: - Klien mengatakan lengan dan tungkai kirinya tidak dapat di gerakkan. - Klien mengatakan kadang - Kadang pusing dan vertigo. DO: - Pasien mengalami hemiparese sinistra. - Kekuatan lengan dan tungkai menurun. - Kekuatan lengan dan tungkai kiri - Penurunan dalam rasa dan reflex . - LED 40 mm/jam I, 60 mm/jam II. - Hasil CT SCAN terdapat trombosis pada hemisfer kanan . - Interupsi aliran darah sekunder terhdap adanya thrombosis . - Gangguan perfusi jaringan serebral. 2. DS: - Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak dapat bangun, duduk apalagi berdiri. - Klien mengatakan lengan dan tungkainya lemah saat di gerakkan . DO: - Kekuatan lengan dan tungkai klien - Rentang gerak pada lengan dan tungkai kir terbatas. - Aktifitas klien di bantu oleh isterinya . - Sensasi dan refleks menurun . - Kerusakan neuromuscular sekunder terhadap hemiparese - Kerusakan mobilitas fisik. 3. DS : - Klien mengatakan ia susah bicara . DO: - Bicara klien terdengar pelo . - Posisi lidah agak ke kiri Kerusakan neuromuscular sekunder terhadap kelemahan. Kerusakan komonikasi verbal 4. DS : - Klien mengatakan kaki kiri dan lengan kirinya lemah . - Sebagian aktifitas klien di bantu oleh isteri. - Klien tampak lemah . DO: - Motorik dan refleks klien menurun dari normal . -Aktifitas klien terbatas. Perubahan fungsi cerebral sekunder terhadap perubahan mobilitas. Resiko cedera II.DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d Interupsi aliran darah sekunder terhadap adanya trombosis d/d - Klien mengatakan lengan dan tungkai kirinya tidak dapat di gerakkan. - Klien mengatakan kadang – kadang pusing dan vertigo. - Pasien mengalami hemiparese sinistra. - Kekuatan lengan dan tungkai menurun. - Kekuatan lengan dan tungkai kiri ( 1 ). - Penurunan dalam rasa dan refleks. - LED 40 mm/jam I, 60 mm/jam II. - Hasil CT SCAN terdapat trombosis pada hemisfer kanan. 2. Kerusakan mobilitas fisik b/d Kerusakan neuromuscular sekunder terhadap hemiparese d/d : - Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak dapat bangun, duduk apalagi berdiri. - Klien mengatakan lengan dan tungkainya lemah saat di gerakkan. - Kekuatan lengan dan tungkai klien ( 1 ). - Rentang gerak pada lengan dan tungkai kir terbatas. - Aktifitas klien di bantu oleh isterinya. - Sensasi dan refleks menurun. 3. Kerusakan komonikasi verbal b/d Kerusakan neuromuscular sekunder terhadap kelemahan d/d : - Klien mengatakan ia susah bicara. - Bicara klien terdengar pelo. - Posisi lidah agak ke kiri 4. Resiko cedera b/d Perubahan fungsi cerebral sekunder terhadap perubahan mobilitas d/d : - Klien mengatakan kaki kiri dan lengan kirinya lemah. - Sebagian aktifitas klien di bantu oleh isteri. - Klien tampak lemah. - Motorik dan refleks klien menurun dari normal. - Aktifitas klien terbatas. 13-06-2002 III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DX. 1 Mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi motorik, kognitif, motorik, sensorik dan kestabilan tanda vital. 1. Tentukan faktor penyebab penurunan perfusi jaringan . 2. Pantau dan catat status neurologysesering mungkin dan badingkan dengan yang normal. 3. Pantau tanda – tanda vital. 4. Letakkan kepala dalam posisi datar dan dalam posisi anatomis. 5. Pertahankan keadaan tirah baring . 6. cegah terjadinya mengejan saat defekasi dan pernafasan yang memaksa. 7. Berikan oksigen sesuai dengan indikasi. 8. Berikan obat – obatan sesuai dengan indikasi. 9. Hindari fleksi dan rotasi leher. DX. II Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang di buktikan oleh tidak adanya kontraktur, footdroop serta meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau terkompensasi. 1. Kaji kemempuan secara fungsional atau luasnya kerusakan awal dengan cara yang teratur. 2. Ubah posisi minimal tiap 2 jam. 3. Lakukan latihan rentang gera pasif dan aktif. 4. Sokong ektrimitas pada posisi fungsionalnya. 5. tinggikan tangan dan kepala. 6. Bantu untuk mengembangkan keseimbangan duduk. 7.Observasi daerah yang terkena termasuk warna, edema dan tanda ynag lainnya. 8. Inspeksi daerah kulit yang menonjol. 9. konsultasikan dengan ahli fisiotherapy. III Komonikasi verbal dapat kembali normal. 1. Kaji tipe / derajat disfungsi atau kesulitan bicara. 2. Perhatikan kesalahan dalam komonikasi dan berikan umpan balik. 3. Mintalah klien untuk mengikuti perintah sederhana. 4. Tunjukkan objek dan minta klien untuk menyebutkan nama benda / barang. IV Mencegah terjadinya cedera fisik. 1. Lakukan tidakan mengurangi bahaya lingkungan seperti : - Orientasikan klien dengan lingkungan. - Pertahankan tempat tidur pada posisi rendah dan pengaman terpasang. - Berikan pencahayaan yang adekuat pada setiap area. - Letakkan alat perabot pada jarak yang mudah di jangkau. 2. Mengkaji ektrimitas setiap hari terhadap cedera yang tidak terdeteksi. 3. Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit di lemaskan dengan lotion. 4. kurangi faktor resiko yang berkenaan dengan penggunaan alat bantu. - Kaji ketepatan penggunaan alat. - Kaji alat terhadap kebocoran dan kondisinya. - Konsul dengan ahli therapy untuk latihan pustur.